Masih terngiang dalam telinga, saat Prof. Mahfud MD bilang di salah satu acara, di ILC kalo tidak salah, “malaikat pun akan menjadi iblis saat masuk dalam sistem Indonesia…”

Gw kira itu adalah pribahasa yang dilebih-lebihkan oleh beliau.

Namun ternyata, memang begitulah adanya. wkwkwk

Maksud dari perkataan itu mungkin begini, “Se-integritas apapun seseorang, saat masuk dalam sistem, dia akan berkompromi ulang dengan integritasnya…”

Ini bukan tanpa alasan. Dulu saat zaman kuliah, liat perilaku pejabat dan/atau pegawai negeri itu kayak liat sesuatu hal yang tidak bersih. Banyak kekurangannya.

Sampe-sampe sering bergumam dalam hati, “andaikan nanti gw masuk lembaga negara, gw akan tetap mempertahankan integritas gw, apapun resikonya…”

Kalimat ini masih gw pegang sampe akhir kuliah. Juga masih dipegang saat kerja di instansi swasta.

Tapi kalimat itu mulai meredup saat gw terlibat langsung masuk dalam birokrasi.

Nyatanya, beberapa hal birokrasi sengaja dipersulit untuk kepentingan pribadi.

Gw jadi tau persis hal ini.

Beberapa teman (bukan gw), bahkan mempersulit dengan tawaran biaya tambahan.

Itu nyata ada, dan gw yakin masih menjadi budaya buruk di republik ini.

Se-integritas apapun, nyatanya kita akan tenggelam dengan realita sosial.

Saat gw menganggap urusan seorang warga itu bisa selesai hari itu juga, tapi karena desakan beberapa pihak, urusan itu pun harus molor berhari-hari.

Jadi nggak salah emang, kalo masyarakat masih agak malas kalo mau ngurus ini itu lewat lembaga negara.

“Birokrasinya ribet,” begitu katanya, sama kayak kata gw dulu sebelum masuk menjadi bagian dari orang-orang yang ngurus birokrasi.

Gw dalam hal ini setuju dengan pandangan kebanyakan orang.

Dan sebagai bawahan, gw nggak bisa berbuat apa-apa.

Walau gw anti terhadap praktik-praktik semacam itu, nyatanya gw cuma bisa gumam sendiri aja dan melihat realitanya secara langsung.

Doakan saja semoga gw tetap teguh dalam sebuah integritas diri yang dulu gw gaung-gaungkan saat kuliah. Minimal jika gw dipaksa untuk berkompromi dengan integritas, kompromi itu harus tetap fair dan tidak mengedepankan sikap rakus. Sekian dulu.

 

~~~~~~~~~~~~~~~

Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri

(idikms@gmail.com)

~~~~~~~~~~~~~~~