Judul : Lebih Dekat dengan Eyang Hasan Maolani Lengkong

Penulis : Idik Saeful Bahri

Penerbit : Bahasa Rakyat

Kota Terbit : Yogyakarta

Penulisan buku ini merupakan bentuk bakti penulis terhadap tanah kelahiran penulis. Eyang Hasan Maolani adalah salah satu dari tentara Allah yang ditakuti pemerintah Kolonial Belanda. Beliau lahir mewarisi bulu kenabian, berjuang mengusir pihak-pihak dzalim yang menjadi musuh Tuhan dan agama. Saking berbahayanya seorang Eyang Hasan Maolani, beliau diasingkan oleh pihak kolonial ke wilayah yang sekarang kita kenal sebagai kampung Jawa Tondano, di Minahasa, Sulawesi Utara.

Sejatinya buku ini telah digagas cukup lama, yakni sejak tahun 2013. Saat itu penulis bersama Kiai Dadang yang tidak lain adalah paman penulis, menelusuri jejak silsilah keluarga kami. Hingga terungkaplah bahwa keluarga kami memiliki hubungan nasab sampai Eyang Hasan Maolani. Sejak mengetahui fakta ini, penulis mencoba mencari informasi mengenai Eyang Hasan Maolani dan didapatkan data bahwa Eyang Hasan Maolani pernah diajukan sebagai pahlawan nasional. Sebagai bentuk penghargaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan, nama Eyang Hasan Maolani diabadikan sebagai nama jalan penghubung antara Desa Lengkong dan Desa Ancaran.

Dalam penyusunan buku ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, utamanya dari keluarga besar Kiai Ending Zahidi yang merupakan keluarga kakek penulis. Untuk itulah penulis menyampaikan beribu-ribu rasa terima kasih kepada:

  1. Nunung Nurkholis yang merupakan uwa penulis. Beliau sangat berperan aktif mengisi setiap sudut buku ini, beliau memberikan semua data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan buku ini. Tulisan-tulisan mengenai biografi dan kisah hidup Eyang Hasan Maolani diberikan kepada penulis. KH. Nunung Nurkholis juga beberapa kali mengisahkan tentang kehidupan Eyang Hasan Maolani, sehingga penulis sangat terbantu akan jasa-jasa beliau. KH. Nunung Nurkholis meninggal pada sekitaran awal 2019, beberapa bulan setelah meninggalnya bapa penulis. Semoga keduanya diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
  2. Kiai Dadang, beliau adalah mamang penulis yang terlibat pro-aktif dalam penelusuran nasab keluarga Kiai Ending Zahidi. Buku ini juga terinspirasi dari hasil penelusuran dari Kiai Dadang, sehingga beliau lah yang membuka mata hati penulis untuk menyusun buku ini. Isi di bagian belakang buku ini yang membahas tentang silsilah keluarga, semuanya merupakan hasil pelacakan dari Kiai Dadang.
  3. Ibunda penulis (mimih), Nyai Hj. Anah Nurlaenah. Mimih penulis yang juga diwarisi darah keturunan Eyang Hasan Maolani ini selalu memberikan data mengenai silsilah keluarga, sehingga sangat membantu menguraikan isi silsilah yang ada. Bahkan mimih penulis pernah beberapa kali membantah hasil penelusuran Kiai Dadang, dan meminta penulis untuk melakukan penelusuran ulang.
  4. Almarhum bapa penulis, Kiai Haji Ero Sutara Komar, beliau selalu mendukung setiap langkah yang penulis lewati. Dalam beberapa kali, bapa sering menceritakan tentang kisah Eyang Hasan Maolani, Syekh Panembahan Daqo, dan para sesepuh Lengkong lainnya termasuk KH. Syarifudin dan KH. Harun al-Rasyid. Cerita-cerita bapa ini sangat membekas bagi penulis, dan menjadi pengetahuan penulis untuk bisa menggambarkan situasi umum kehidupan para kiai di tanah Lengkong, tanah para wali dan para pejuang. Bapa juga lah orang pertama yang memperkenalkan penulis tentang ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, sehingga penulis selalu memegang teguh ajaran ini, insya allah hingga ajal menjemput.
  5. Teh Rini, kakak kandung perempuan satu-satunya yang penulis miliki. Selalu membantu apapun yang penulis butuhkan, sejak dahulu kecil hingga dewasa sekarang. Menjadi kakak yang selalu hadir dikala senang dan susah penulis. Beberapa penelusuran nasab utamanya yang menyangkut gerenasi paling terbaru, dibantu oleh Teh Semoga setiap kehidupan yang dijalani Teh Rini selalu dinaungi rahmat dan keberkahan dari Allah.
  6. Ucapan syukur dan terima kasih juga penulis haturkan kepada saudara-saudara penulis tercinta, A Iyan Mochamad Sopyan (kakak pertama) dan A Iyus Rusliana (kakak kedua) yang selalu memberikan semangat dan dorongan bagi kehidupan penulis. Tak lupa juga kepada Teh Lia, Teh I’ah, dan A Hendra, yang selalu membantu dalam banyak hal. Sekali lagi penulis haturkan ungkapan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya.
  7. Kiai Oceng dan umumnya keluarga besar Kiai Didih. Data-data tentang silsilah keluarga kami didapatkan sangat sempurna dari dokumen keluarga mereka. Ucapan terima kasih yang tak terhitung dan rasa kagum yang tak terhingga kepada Kiai Oceng dan umumnya keluarga besar Kiai Didih yang masih menyimpan dan merawat catatan-catatan kuno tentang silsilah keluarga besar Lengkong.
  8. Abdul Aziz (Encép) dan Osep, kawan terbaik penulis, sahabat sepermainan dan seperjuangan. Keduanya beberapa kali membantu penulis dalam mengumpulkan tulisan mengenai Eyang Hasan Maolani, misalnya dengan meminta catatan tentang Eyang Hasan Maolani kepada Kiai Ma’shum. M. Abdul Aziz sendiri adalah putra dari Kiai Dadang, sehingga masih dalam lingkup keluarga besar penulis. Dalam banyak hal, M. Abdul Aziz bahkan menelusuri beberapa silsilah keluarga Kiai Ending Zahidi.
  9. Kiai Abah Eming dan Nyai Mbah Ucum, keduanya adalah keluarga penulis dari jalur bapa. Keduanya membantu penulis menguraikan silsilah keluarga penulis melalui jalur bapa. Abah Kiai Eming sendiri meninggal satu bulan sejak meninggalnya bapa, yakni pada tanggal 20 Desember 2018. Penulis selalu mendoakan semoga almarhum bapa dan almarhum Kiai Abah Eming mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya.
  10. Pihak-pihak lain baik langsung maupun tidak langsung yang membantu dalam penulisan buku ini. Penulis haturkan ungkapan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka. Semoga kehidupan mereka selalu dirahmati oleh Allah.

 

Penulis menyadari betul penggambaran Eyang Hasan Maolani dalam isi penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik ilmiah yang dibuat untuk membantah materi-materi yang penulis sampaikan, sangat diharapkan bagi perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang sejarah dan hukum. Selain itu pula, penulis mengharapkan untuk mencantumkan sumber buku ini apabila pembaca akan mengutip isi tulisan, baik sebagian maupun seluruhnya. Buku ini dibuat murni untuk kepentingan publik, ditujukan untuk keluarga besar Eyang Hasan Maolani dimanapun berada.

 

DOWNLOAD BUKUNYA DISINI