KLIK UNTUK BACA BAGIAN PERTAMA
Kami baru tahu memiliki kekuatan super setelah kejadian hebat kemarin-kemarin itu. Ketika kami bertiga berlibur ke waduk darma. Tiba-tiba sebuah pusaran air di tengah-tengah waduk menyedot kami bertiga. Anehnya, semua orang tidak melihatnya. Semua orang tidak menyadarinya. Hanya kami bertiga. Dan kami pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kejadian penyedotan pusaran air itu, kami sudah tidak merasakan apa-apa.
Ketika kami bangun, kondisi menjadi normal kembali. Beberapa hari kemudian, dua orang teman dekatku yang aku ajak kemarin ke waduk Darma, Ibnu dan dadang, mendatangiku di belakang rumah dan menunjukkan hal-hal yang mustahil dan diluar kemampuan akal manusia. Dadang dengan seketika dapat mematahkan besi yang cukup tebal dengan sangat mudah. Dan ibnu dapat menyelam di dalam air selama lebih dari satu jam. Sungguh hebat. Sungguh luar biasa. Dan herannya lagi, aku pun bisa melakukan hal-hal tersebut. Entah kenapa, kami begitu yakin ada hubungannya dengan kejadian waduk Darma kemarin.
Kami terus menerus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kami tidak mengetahui harus berbicara kepada siapa. Tidak akan mungkin ada orang yang percaya. Mereka akan menertawakan cerita lelucon ini. Ini diluar akal. Mereka semua pasti tidak akan mempercayainya. Sekalipun ibu dan ayahku. Tidak. Kami tidak akan membicarakan hal ini kepada siapapun. Dan kami berjanji untuk tidak memakai kekuatan ini kecuali jika dalam keadaan yang sangat terdesak.
Beberapa hari selanjutnya, seseorang yang sudah tua mendatangi rumah ku. Dia memakai pakaian hitam, full hitam, dari baju hingga celananya. Kelihatannya memang sudah tua, aku taksir mungkin sudah 60 atau bahkan sudah 70 tahun umurnya. Kulitnya sudah mulai berkeriput.
“Benarkah kamu melihat hal aneh di waduk Darma?” tanyanya langsung ke inti permasalahan.
“Jadi bapak juga tersedot pusaran itu?” aku kaget hingga berbalik nanya.
“Tidak. Saya hanya tahu dengan teropongan saya, ada tiga anak yang tersedot pusaran air itu. Mana yang dua lagi, saya ingin berbicara dengan kalian bertiga.”
Mendengar itu, aku langsung memanggil teman-temanku, Dadang dan Ibnu. Kami bertiga melaju ke rumahku yang sudah ditunggu oleh bapak Salim, orang tua berbaju hitam yang sudah aku ceritakan.
“Jadi seperti ini, nak. Ada sebuah kekuatan hebat yang terjadi kepada kalian di waduk Darma kemarin-kemarin itu. Sangat hebat. Ternyata, alam kita ini memiliki hubungan dengan alam gaib yang seharusnya kedua alam ini terpisah secara teori. Tapi entah mengapa, mungkin ada aura jahat yang terjadi di alam sana, hingga secara mayoritas, penduduk alam di sana membuka portal ke alam kita dan memilih beberapa orang yang berhak untuk mendapatkan kekuatan super, untuk selanjutnya membantu mereka menghancurkan aura jahat itu dari alam kita.”
Kami termenung mendengar penjelasan pak Salim. Kami baru tahu, dia itu adalah dukun yang sudah sepuh yang berada tidak jauh dari desa kami. Dia sengaja berjalan kaki yang jauhnya sekitar 6 kilometer hanya untuk menemui kami bertiga.
“tidak ada waktu lagi, kalian harus cepat pergi.”
Setelah kami mendapatkan kejelasan dari pak salim, kami berdiskusi sangat panjang, akhirnya kami memutuskan untuk menyanggupi amanah itu. Kekuatan yang kaami miliki semata-matta hanyalah sebuah amanah yang harus kami pertanggungjawabkan. Dan inilah waktunya. Kami bersiap-siap mengumpulkan perlengkapan yang kami butuhkan. Kami aakan mendaki gunung cieemai.
Menurut penuturan pak salim, di kawah gunung ciremai, telah terjadi sebuah ritual jahat yang akan membahayakan dunia mereka. Kekuatan roh-roh jahat yang sedang ritual itu akan semakin kuat mmanakala ritual itu berhaasil di lakukan.
“kalian harus melompat ke dalam kawah gunung ciremmai, dan mengambil tiga buah pusaka yang menancap pada lapisan-lapisan bumi. Ketiga pusaka tersebut adalah kujang, keris dan golok. Kalian ambil itu dengan cepat. Ritual tersebut akan berakhir di bulan purnama bulan ini, yang berarti kita hanya memiliki waktu 2 hari lagi.”
“bagaimana kami melakukan tinddakan diluar nalar itu pak? Sedangkan kawah ciremai sangatlah panas.” Tanyaku ddengan gemeteran.
“itulah fungsinya mereka memberikan kekuatan kepada kalian. Kalian dapat menembus panasnya kawah, dan daapat mengambil pusaka itu dengan mudah. Hanya masalah waktu. Dan setelah kalian dapatkan benda pusaka itu, langsung kallian patahkan, atau kalau bissa kaaliaan hancurkkan.”
Setelah pertemuan itu, siang harinya kami langsung mendaki ke gunung ciremai. Perjalanan-perjalanan pendakian tidak terlalu indah untuk diceritakan. Sama seperti orang-orang biasa mendaki gunung. Tidak ada yang spesial.
Ketika kami sudah tiba di puncak gunung ciremai, kami mulai bimbang. Rasa keputus asaan menghinggapi kami.
“aku akan pulang lagi kawan”, ujar dadang ddengan nada yang ketakutan.
“begitu juga aaku”, sambung ibnu
Aku bingung. Di satu sisi aku juga takut. Disisi yang lain, aku juga tidak akan membiarkan tanggungjawabku di abaikan begitu saja. Makhluk di luar sana memberikan kepercayaannya kepada kami bertiga, apakah harus kami kecewakkan mereeka. Akhirnya aku bujuk mereka untuk tetap tinggal ddi ciremai. Kami bermalam di puncak ciremai untuk menenangkan diri.
Keesokan harinya, yang merupakan hari terakhir dari ritual tersebut. Secara perhitungan, nanti tengah malam, ritual tersebut selesai, dan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan akan terjadi di alam mereka. Alam dimana kami tidak tahu dimana letaknya. Alam yang kami tidak tahu bagaimana wujudnya.
Kami tetap bimbang hingga maalam tiba.
Tapi secara terkejut, kami menemukan sebuah pancaaran cahaya merah ke hitam-hitaman dari kawah gunung ciremai. Kami pikir ritualnya sudah hampir selesai. Sudah hampir mencapai titik tertinggi.
“aku tetap ragu parlan”, seru dadang dengan matanya yang ketakutan.
“aku jugga”, lanjut ibnu. Mereka berdua memang satu hati. Bahkan pikiran mereka pun kadang-kadang sama. Ini menjadi sulit. Dikala aku sudaah menemukan keyakinan bahwaa aku haruss memenuhi takdirku sebagai penyelamat sebuah alam yang entah dmana.
Dengan sangat mengejutkan, aku langsung mendorong mereka berdua dan aku jatuhkan mereka ke dalam kawah berapi gunung ciremai. Diteruskan dengan lompatanku menuju kawah itu. Kami bertiga masuk. Dan ternyata benar. Ketakutan kita selama satu haari itu benar-benar tddak memiliki dasar yang kuat. Kawah berapi yang seharusnya panas, tidak terasa sedikitpun oleh tuubuh kami. Kami bagaikan berenang di kolam peemandian air panas.
Setelah masuk, kami mencai benda-benda yang sudah dikatakan pak salim. Dan ketika kami menemukan ketiga benda itu, benda itu sudah hampir dekat, bahkan sudah hampir menyatu. Ya, ujung dari ketiga pusaka itu sudah hampir menyatu, tinggal menyatukan bagian atasnnya. Tidak berpikir panjaang, kami langsung menarik ketiga pusaka itu yang sudah hampir menyatu seluruhnya dengan kekuatan yang kami miliki. Akhirnya kami dapat. Kami kembali ke atas, dan tidak berpikir lama lagi, kami patahkan ketiga pussaka itu sesuai nasihat darii pak salim.
Entah mengapa, hati kami seketika langssung plong. Serasa mengeluarkan beban yang teramat berat unttuk dipikul. Dari kejaidian itulah, kekuatan kami kemballi melemah seiring berjalannya waktu. Dan kami kembali ke keadaan normal, dimana kekuatan kami sama dengan kekuatan kebanyakan orang.
~~~~~~~~~~~~~~~
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri
(idikms@gmail.com)
~~~~~~~~~~~~~~~