Salah satu pelajaran yang masih diingat saat ngaji di Mushola Asy-Syifa dengan A Toto sebagai gurunya adalah, “Kirimi fatihah untuk keluarga yang telah meninggal. Jika tidak bisa hadhoroh menggunakan bahasa Arab, pake bahasa Sunda saja. Ya Allah, kirim pahala surat al-fatihah ini kepada almarhum mbah-mbah saya.”

Saat itu saya masih duduk sebagai siswa kelas 2 MTsN Sindangsari. Ketika mendengar pengajaran dari A Toto itu, saya mencoba menirukan. Awal-awalnya cukup menggunakan bahasa Sunda.

Karena saya belum mengetahui nama mbah-mbah saya waktu itu, langsung saya tanyakan ke ibu dan ke bapak. Dapatlah 4 nama, Bapak Enco Kasa, Ibu Emoh Salmah, Kiai Ending Zahidi, dan Ibu Encum. Dua yang awal adalah orang tua dari bapak saya, dan dua terakhir adalah orang tua dari ibu saya.

Dari sejak kelas 2 MTs inilah saya rutin mengirimkan fatihah kepada 4 orang karuhun saya, hampir selama 13 tahun. Biasanya saya kirim fatihah sebelum makan. Jadi ketika saya hendak makan, pasti saya berdoa nya agak lama. Itu selain berdoa makan, tapi saya tambahkan hadhoroh bagi beberapa orang.

Ketika bapak saya meninggal pada 3 November 2018 (sekitar 4 tahun yang lalu), nama-nama yang saya kirimi fatihah selain Kanjeng Nabi, ada 6 orang, yaitu:

  1. Bapak saya sendiri
  2. Bapak Enco Kasa
  3. Ibu Emoh Salmah
  4. Kiai Ending Zahidi
  5. Ibu Encum
  6. A Toto bin Kiai Didih

A Toto yang merupakan guru ngaji saya itu juga telah meninggal. Saya kirimi fatihah setiap hari sebagai bentuk penghormatan saya kepada beliau. Selain kiriman fatihah, saya meyakini, A Toto juga mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus berdasarkan hadits: “amalan orang meninggal putus kecuali 3, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh.”

Dengan saya masih mengamalkan ilmu yang dulu diajarkan A Toto, maka A Toto akan terus mendapatkan pahala sebagai ilmu yang bermanfaat.

Inilah salah satu alasan juga saya ingin menjadi pengajar. Dengan memberikan pengajaran dan ilmu, ketika ilmu itu diamalkan terus menerus oleh murid-murid kita, secara otomatis pahalanya juga mengalir kepada guru.

Apakah doa yang kita kirimkan untuk orang yang telah meninggal akan sampai? Saya meyakini iya. Bahkan tanpa dalil pun saya meyakini pasti akan sampai, karena doa adalah pengharapan. Seseorang yang mengharapkan bapaknya yang telah meninggal diampuni dosanya, ditinggikan derajatnya, diterima Iman Islamnya, dan ditempatkan disisiNya, adalah harapan yang baik. Tak ada yang salah dari harapan-harapan tersebut.

Semoga Allah menerima doa-doa kita semua, dan semoga kelak kita dipertemukan di tempat terbaikNya. Amin.

 

~~~~~~~~~~~~~~~

Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri

(idikms@gmail.com)

~~~~~~~~~~~~~~~