Angkatan lama dan sekarang sudah menghadapi perubahan yang sangat besar. Dulu, zaman bapak atau ibu saya, menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah suatu pencapaian terbaik dalam hidup. Bagi setiap orang tua juga sama, memiliki menantu PNS (Pegawai Negeri Sipil) dianggap merupakan keberuntungan bagi anak gadisnya.

Tapi hey, sekarang kita sudah menghadapi tahun 2022. Cara pandang generasi milenial maupun gen Z sudah tidak begitu lagi, termasuk saya. Ada beberapa cara pandang generasi milenial dan generasi Z yang memiliki kesamaan dalam hal mencari pekerjaan, yaitu:

  1. Pekerjaan itu harus lah memiliki gaji atau income yang tinggi. Bagi generasi milenial dan generasi Z, pangkat dan jenis pekerjaan itu tidak penting, yang penting itu income. Menjadi youtuber yang mendapatkan pendapatan belasan hingga puluhan juta perbulan, tentu lebih diminati ketimbang kerja rodi dari pagi hingga sore menggunakan seragam yang terlihat keren.
  2. Gaya generasi milenial dan generasi Z yang sulit diatur, tentu tidak menginginkan setiap pekerjaan yang saklek dengan banyak aturan. Masuk jam sekian, pulang jam sekian, harus tunduk pada aturan-aturan yang rigid, harus siap bekerja dibawah tekanan, bukanlah karakter pekerjaan yang sangat dicari oleh generasi milenial dan generasi Z. Artinya, generasi milenial dan Z mencari pekerjaan yang nyaman bagi dirinya.

Dua faktor itu lah yang menjadi alasan kuat mengapa pada seleksi CPNS tahun 2021 yang lalu, banyak orang yang sudah keterima namun pada akhirnya mengundurkan diri. Seleksi CPNS tahun 2021 ini menjadi rekor tertinggi banyaknya peserta yang lolos tapi mengundurkan diri. Alasannya selalu berkaitan dengan dua faktor diatas, antara lain:

  1. Gajinya dianggap kecil. Gaji hanya beberapa juta perbulan tapi dengan kinerja yang saklek, tentu bukanlah target utama generasi milenial dan Z.
  2. Proses penempatan. Saat mereka mengetahui penempatannya cukup jauh, tentu membuat hidup mereka tidak nyaman. Dan itu menjadi alasan kuat harus mundur dari PNS.

Dinamika perubahan paradigma ini memang sudah nyata adanya. Banyaknya peluang bisnis secara elektronik yang bisa dijangkau oleh siapapun bahkan bisa diakses dari rumah, menjadi alasan penting mengapa orang sangat nyaman berjam-jam melihat layar hp dan laptop.

Berbisnis adalah pilihan nomor wahid di kalangan generasi milenial dan Z, tak terkecuali saya. Saat duduk di bangku kuliah, tidak pernah terpikirkan saya mendaftar menjadi ASN. Bukan karena apa, namun dengan duduk santai di ruko, saya sudah bisa menghasilkan uang. Dengan main beberapa kali ke warnet, saya juga mendapatkan beberapa uang. Dengan mengiklankan beberapa produk di media sosial dan online shop, saya juga menghasilkan uang. Lantas untuk apa lagi saya mencari pekerjaan-pekerjaan formal?

Begitulah cara pandang saya terhadap pekerjaan, bahkan hingga hari ini. Bagi saya, pekerjaan formal itu bisa menjadi pilihan terakhir saat kita menghadapi kesulitan dalam pilihan berbisnis. Misalnya karena covid-19 yang meluluhlantakkan ekonomi dan bisnis. Atau karena kesalahan strategi dan langkah bisnis yang mengakibatkan usahanya harus gulung tikar. Dan banyak faktor lainnya. Saat itulah, kita harus mulai mencoba pekerjaan formal untuk sekedar rehat dari kegagalan.

Bahkan saya, memiliki pandangan yang sama dengan kebanyakan generasi milenial dan gen Z. Bahwa saat lulus kuliah, cobalah untuk terjun di banyak sektor informal. Carilah celah untuk tetap hidup nyaman dan bisa menghasilkan profit. Terus dan kembangkan kreativitas dan inovasi dalam berbisnis. Namun jika saat tiba waktunya gagal, barulah untuk mencoba beralih pada pekerjaan formal.

Bagi saya, pengalaman adalah segalanya. Tetaplah mencari pengalaman hidup di banyak sektor, dan cara pandangmu akan semakin luas dari kebanyakan orang.

 

~~~~~~~~~~~~~~~

Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri

(idikms@gmail.com)

~~~~~~~~~~~~~~~