Hari santri nasional telah resmi ditetapkan sebagai salah satu bagian dari sejarah Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Hari santri ini merujuk pada peristiwa resolusi jihad yang digaungkan oleh Nahdlatul Ulama pada tanggal 22 Oktober 1945.
Saat Indonesia baru menghadapi kemerdekaan pada Agustus 1945 karena kekalahan Jepang dari pihak sekutu, maka dalam perjanjian perang disebutkan pihak yang kalah harus menyerahkan seluruh wilayah koloninya kepada pemenang perang. Itu artinya, Indonesia yang saat itu dikuasai Jepang harus kembali diserahkan kepada pihak kolonial Belanda, melalui Inggris.
Informasi kehadiran tentara Belanda yang dibantu oleh Inggris dan sekutunya telah menyebar ke seantero negeri. Bung Karno bingung, Bung Tomo juga bingung, dan seluruh pemimpin negeri ini mulai gugup menghadapi serangan yang diprediksi akan sangat besar. Baru saja merdeka, negeri ini harus kembali jatuh pada genggaman kolonialisme.
Tapi pikiran semacam ini tak pernah ada di benak para kiai. Saat mereka mengetahui tentara Inggris dan sekutunya siap menyerbu daerah Indonesia, mereka berkumpul untuk menentukan sikap. Banyak kiai dari Jawa dan Madura berkumpul untuk memutuskan sebuah sikap penting, yaitu lahirnya resolusi jihad.
Isi dari resolusi jihad ini lebih kurang berisi seruan perang suci melawan tentara Inggris dan sekutunya yang hendak kembali melakukan penjajahan di Indonesia. Status hukum perang ini ditentukan sebagai fardhu ‘ain, yang artinya seluruh umat muslim yang berada dalam radius 94 km wajib untuk mengangkat senjata melawan tentara Inggris dan sekutunya. Dalam kajian hukum fiqh, fardhu ‘ain ini bermakna bahwa barang siapa yang mengerjakannya berarti akan mendapatkan pahala dan siapa saja yang tidak mengerjakan akan mendapatkan dosa besar.
Resolusi jihad ini menjadi api semangat bagi para santri dan kiai untuk turun dalam beberapa pertempuran seperti pertempuran di Ambarawa, Semarang, dan puncaknya pada perang 10 November di Surabaya. Puluhan atau bahkan ratusan ribu santri masuk ke kota Surabaya untuk membendung serangan dari Inggris dan sekutunya.
Kisah heroik para santri ini memang sudah sewajarnya digaungkan dalam dinamika proses pembelajaran sejarah di Indonesia. Tanpa resolusi jihad, kekuatan tempur menghadapi tentara Inggris dan sekutunya mungkin tak akan sebesar yang kita ketahui selama ini. Tanpa semangat jihad para santri, sejarah Indonesia mungkin akan berbeda dari yang sekarang kita pahami.
Penetapan hari santri nasional pada tanggal 22 Oktober 2022 menjadi titik tolak paling besar dalam kampanye sejarah, bahwa sesungguhnya kaum santri dan pesantren memiliki peran yang sangat besar dalam proses kemerdekaan Indonesia. Bahkan, saya sering menyampaikan, upaya perjuangan kemerdekaan di era tahun 1700an dan 1800an, selalu dimulai dari kalangan agamawan kiai dan santri dengan semangat jihadnya melawan kepemimpinan yang zalim. Lihat saja perang Jawa yang dikomandoi oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan pemuka agama sebagai penganut tarekat Syattariyyah.
Dalam pengajaran di pesantren, sering kita mendengar para kiai kita bercerita bagaimana besarnya peran para kiai dan santri dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun sebelum penetapan hari santri, cerita-cerita itu tak pernah masuk dalam buku-buku sejarah. Seolah-olah, cerita-cerita itu tidak berdasarkan pada fakta.
Tapi setelah ditetapkannya hari santri nasional, cerita-cerita heroik dari para kiai itu kini sudah masuk dalam rentetan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan pesantren yang besar itu kini diakui oleh pemerintah. Ini menjadi titik tonggak kemajuan bagi dunia santri dan pesantren. Lahirnya UU Pesantren dan Perpres Dana Abadi Pesantren menjadi salah satu bentuk bagaimana pemerintah menghargai perjuangan para santri dan kelompok pesantren dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Bahwa sesungguhnya, santri memiliki saham yang besar di republik ini. Bahwa santri sudah sewajarnya mendapatkan perhatian lebih dari negara. Bahwa santri sejatinya adalah partner negara yang kuat dalam mempertahankan kemerdekaan. Selamat hari santri nasional bagi seluruh santri di negeri ini.
~~~~~~~~~~~~~~~
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri
(idikms@gmail.com)
~~~~~~~~~~~~~~~