Saya ingin merangkum beberapa kesalahan cara pandang yang umum dijumpai dimasyarakat, terkhusus saat bulan puasa.
- Pergantian hari dalam Hijriyyah
Ini sudah dijelaskan dalam artikel sebelumnya yang berjudul : Kesalahan Media Saat Mengutip Pergantian Hari dalam Hitungan Hijriyyah: Antara Ketidaktahuan dan Kemudahan Informasi (Klik Untuk Membaca). Kebanyakan orang menganggap bahwa pergantian hari dalam hijriyyah sama seperti dalam hitungan masehi, yaitu tepat tengah malam jam 00. Padahal, pergantian tanggal dalam hijriyyah itu dimulai saat waktu maghrib. Ini juga yang mengakibatkan kesalahan kutip oleh media terkait awal ramadhan dan juga hari lebaran.
- Puasa dimulai sejak Imsak
Ini juga salah satu kekeliruan yang sering dijumpai di masyarakat. Bahkan tetangga ruko saya dulu, pernah menegur saya karena saya minum sesaat setelah bunyi alarm imsak dinyalakan di masjid terdekat.
Padahal sejatinya, puasa itu adalah aktivitas ibadah yang dimulai sejak masuknya waktu shubuh hingga maghrib. Waktu imsak adalah terobosan ulama-ulama kita utamanya di Asia Tenggara sebagai pengingat agar menghindari makan dan minum menjelang waktu shubuh. Di banyak negara termasuk di Timur Tengah, istilah imsak ini tidak terlalu populer. Hanya ada di beberapa negara saja, dan salah satunya di Indonesia.
Jadi pada hakikatnya, imsak itu hanya sebagai batas pengaman kita menghindari makan dan minum, sementara awal puasa tetap dimulai sejak waktu shubuh tiba.
- Puasa dimulai sejak azan shubuh hingga azan maghrib
Ada beberapa orang masih makan sampai azan subuh belum berbunyi, pun juga ada orang yang tidak mau berbuka sebelum azan maghrib dikumandangkan di masjib terdekat. Padahal ini juga bentuk dari kekeliruan yang sering kita jumpai.
Puasa itu dimulai dari sejak waktu shubuh, bukan azan shubuh, dan berakhir pada waktu maghrib, bukan azan maghrib. Dua hal ini jelas berbeda. Waktu shubuh berbeda dengan azan shubuh, dan waktu maghrib berbeda dengan azan maghrib.
Saya ilustrasikan begini. Jika waktu subuh jatuh pada jam 05.00 WIB, kemudian takmir masjid melakukan wudhu terlebih dahulu, ngobrol-ngobrol dengan jamaah, dan baru azan pada pukul 05.05 WIB, pertanyaannya, waktu puasa dihitung sejak jam 05.00 WIB atau jam 05.05 WIB? Jawabannya adalah jam 05.00 WIB, karena azannya takmir bisa tepat di jam jatuhnya waktu shubuh, atau bisa juga ngaret.
Begitu pun saat maghrib. Jika waktu maghrib jatuh pada pukul 18.00 WIB, sementara azan maghribnya baru dikumandangkan jam 18.07 WIB karena takmirnya baru bangun dari tidur misalnya, maka sejatinya puasa berakhir pada pukul 18.00 WIB, bukan pukul 18.07 WIB.
- Saat puasa, tidur seharian
Hadits tentang tidurnya orang puasa adalah ibadah memang masih perdebatan. Namun terlepas dari status haditsnya, inti dalam perkataan tidurnya orang puasa adalah ibadah bermakna bahwa tidur lebih baik daripada melakukan aktivitas maksiat atau maksiat kecil (seperti ghibah) disaat kita berpuasa.
Puasa pada hakikatnya bukan hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga menahan segala macam bentuk kemaksiatan. Mata harus dijaga, telinga harus dijaga, lidah harus dijaga, tangan harus dijaga, dan seluruh anggota tubuh lainnya harus ikut berpuasa. Hal ini bisa dimungkinkan jika kita tidur. Disaat orang tidur, potensi maksiat lidah seperti ghibah, bisa dihindari. Disaat orang tidur, potensi maksiat melihat aurat juga bisa dihindari. Dan lain sebagainya dan lain seterusnya.
Namun ada beberapa orang yang berpikir kebablasan. Dia tidur sepanjang hari, sampai melewatkan beberapa ibadah wajib seperti sholat 5 waktu, atau melewatkan mencari nafkah bagi keluarganya. Ini jelas-jelas keliru.
- Mandi membatalkan puasa
Ini juga hoax yang sering kita jumpai di masyarakat. Banyak orang berpikir, mandi membatalkan puasa, sehingga banyak orang tidak mandi saat berpuasa. Mandi memang “BISA” membatalkan puasa, namun tidak setiap mandi pasti batal puasanya. Mandi yang sengaja meminum air guyuran yang mampir ke mulut, jelas membatalkan puasa. Namun air yang masuk karena tidak sengaja saat mandi, tidak membatalkan puasa.
Itulah beberapa kekeliruan cara pandang yang umum dijumpai di masyarakat. Barangkali pembaca bisa menemukan kekeliruan yang lain, bisa untuk menambahkannya di kolom komentar. Sekian.
~~~~~~~~~~~~~~
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri
(idikms@gmail.com)
~~~~~~~~~~~~~~